Indonesia dalam Kacamata Teori Modernisasi dan Dependensi

Minggu, 01 November 2015

Indonesia dalam kacamata Teori Modernisasi dan Dependensi.

Kemarin saya sempat membaca buku berjudul “Politik Pembebasan” , buku yang sangat menarik saya rasa, karena di buku itu dibahas mengenai teori-teori pembangunan negara pasca kolonial, walaupun banyak teori yang di bahas di buku tersebut, namun buku ini lebih menitik beratkan permasalahan 2 Teori yang saling bertolak belakang, yaitu Teori Modernisasi dan Teori Dependensi. namun sekarang saya ingin menganalisa kedua teori tersebut, apakah pantas dan cocok di terapkan di negara indonesia modern ini.

Modernisasi sendiri adalah sebuah teori dimana teori tersebut mengungkapkan, untuk menjadi sebuah negara yang maju, negara negara pasca kolonial harus mampu untuk me modernkan diri mereka, Modern tersebut dalam artian adalah modern yang berkiblat pada poros Negara Dunia pertama, atau yang lebih sering disebut sebagai Liberalis Eropa.

Di indonesia sendiri, tampaknya dampak dari Modernisasi ini sudah sangat signifikan terlihat , di setiap sudut kota, bahkan di pedesaaan, wabah modernisasi ini sudah menyebar, dari segi pembangunan ekonomi, gaya hidup sosial, bahkan politik, kita menganut idelogi barat.
bisa dilihat sendiri di setiap jalan perkotaan, semua masyarakat berpakaian dengan tren yang sesuai dengan dunia barat, begitupun juga dengan ekonomi, gaya kapitalisme-liberal sudah sangat terlihat di indonesia, liat di setiap sudut jalan dikota, apakah ada tempat di sudut kota yang tidak memiliki Alfamart dan Indomart ? kedua swalayan ini memenuhi tiap sudut jalan kota, tanpa memikirkan apakah dampak dari tumbuhnya dua swalayan besar ini terhadap warung dan mini market di sekitarnya. Tapi sebenarnya kita juga tidak dapat menyalahkan Modenisasi yang terjadi di indonesia, karena doktrin doktrin budaya dari barat sudah sangat tertanam di tiap benak masyarakat indonesia, sebenarnya ada baiknya juga modernisasi ini terjadi di indonesia, setidaknya masyarakat indonesia pola pikirnya sudah modern, dimana kita bisa lebih menerima perbedaan di dalam masyarakat, dan proses pemilihan dalam politik yang demokratis adalah salah satu nilai plus dalam proses sosial bermasyarakat yang diajarkan dalam teori modernisasi.

Tapi sebelum kita lebih jauh membahas teori modernisasi, mari kita melihat sebuah teori lain yang bertentangan dengan teori modernisasi yaitu teori dependensi, di dalam teori dependensi sendiri negara pasca kolonial di gambarkan sebagai sebuah negara yang tidak bisa maju, tidak bisa maju tersebut adalah karena kita negara pasca kolonial berfungsi tidak lain hanya sebagai pemasok bahan baku kepada negara negara maju, yang secara tidak langsung itu hanya akan memperkaya negara negara maju tersebut , dalam kata lain adalah “pertukaran yang tak seimbang“ dimana kita sebagai negara pinggiran/periferi memasok bahan baku ke negara maju atau negara center/pusat, lalu negara pusat mengolah bahan baku kita dan menjadikannya produk, lalu dijual kembali kepada negara pinggiran dengan harga yang mahal, memang tampaknya hal ini juga sudah lumrah terjadi di masyarakat kita terutama di indonesia, dimana kita sebagai negara dengan sumber daya alam dan manusia yang melimpah, hanya di keruk kekayaannya untuk kepentingan dan pertumbuhan ekonomi negara lain, kenapa saya bisa bilang begitu? lihat saja sendiri di Papua, PT Freepprot sudah tahun mengeruk gunung gunung emas di papua, dan berapa persen yang kita dapatkan dari keuntungan mereka? menurut artikel yang saya baca di finance detik.com


Indonesia mendapatkan jatah sekitar 40% selama 7 tahun terakhir dari hasil total 42 tahun penambangan mereka di indonesia, atau sekitar 13 Trilun setiap tahunnya, sangat sedikit menurut saya jumlahnya jika dibandingkan dengan keuntungan yang mereka peroleh selama 42 tahun terakhir.

Jadi secara tidak langsung teori dependensi sendiri menawarkan sebuah solusi, berangkat dari kasus diatas, yaitu negara pasca kolonial harus mampu berindustri sendiri, mereka harus mampu membuat industri sendiri dan mengolah sumber daya alam mereka dengan sendirinya, dan pemerintah berperan untuk memberikan proteksi terhadap industri-industri di dalam negeri.

Namun teori dependensi sayangnya, tidak mencantumkan analisis terkait dengan konflik kelas, dan perebutan kekuasaan politik, secara general teori dependensi terlalu menekankan dengan permasalahan eksternal, namun secara tersirat luput dalam membahas permasalahan internal, jadi tidak serta merta kita bisa mengikuti teori dependensi sebagai landasan untuk membangun Indonesia.

Dari kedua Teori diatas dapat disimpulkan bahwa, baik Teori Modernisasi maupun Teori Dependensi, keduanya harus di kaji lebih lanjut lagi untuk mendapatkan formula yang tepat sebagai landasan pembangunan Indonesia, baik dari segi ekonomi, sosial-budaya maupun politik, walaupun dalam teori modernisasi sudah lengkap dibahas mengenai Ekonomi, Sosial-Budaya maupun Politik, namun teori modernisasi jika di terapkan di indonesia secara utuh akan menimbulkan gejolak sosial, yang kita sendiri tahu indonesia adalah negara dengan budaya yang sudah tertanam kuat dari setiap daerahnya, dengan adanya modernisasi, secara tidak langsung kita sebenarnya sudah mempersiapkan bom waktu untuk menghancurkan budaya kita sendiri secara perlahan lahan, konsep gotong royong kita terkikis dengan konsep manusia sebagai makhluk individu yang bebas , kita secara tidak langsung terbudaya untuk menjadi apatis, yang walaupun dalam realitanya di indonesia sendiri masyarakat memang perlahan-lahan sudah menjadi apatis, jika ingin di teliti, coba kita berjalan - jalan di mall, dan tanyakan secara random kepada masyarakat mengenai isu - isu ekonomi maupun politik sekarang , apakah mereka sudah mengetahui? atau mereka malah tidak tahu, tidak bisa di pungkiri itulah yang sekarang terjadi di indonesia, atas dasar modernisasi meraka terdidik menjadi masyarakat apatis yang kurang aktif untuk mencari tahu mengenai keadaan sekitar yang entah itu baik ataupun buruk.

Dan Teori dependensi, walaupun teori tersebut mempunyai tujuan yang baik, agar kita sebagai negara pasca kolonial mampu untuk berdikari dan bergerak sendiri, tapi dalam kenyataanya dalam pengembangan industri dalam negeri, kita mendapatkan banyak hambatan, baik itu dari para buruh, pemerintah, dan bahkan Industri itu sendiri, ketika pemerintah mencanangkan Impor, para pengusaha Industri berteriak bahwa kebijakan itu dapat mematikan usaha mereka, namun ketika para pemerintah menyetop keran Impor, para pelaku Industri malah bermain untuk memainkan harga di masyarakat, sebagai contoh kecil tengkulak, ketika panen para tengkulak malah menahan produk mereka agar stok di masyarakat sedikit dan mereka dapat memainkan harga dan mendapatkan untung yang besar dari penjualan mereka, pada saat seperti ini rakyatlah yang berteriak, harga-harga barang yang beredar di masyarakat menjadi mahal, dan mereka menuntut untuk Impor, hal-hal seperti inilah yang menjadi kontradiksi dalam upaya pembangunan negara indonesia, pemerintah memang harus mempunyai sikap yang tegas mengenai hal ini, namun di dalam jajaran pemerintah sendiri, mereka pun sedang berfkonflik dengan kepentingan mereka sendiri dalam perebutan kursi kekuasaan, jadi sebelum kita dapat membenahi hal-hal tersebut, tampaknya baik Teori Modernisasi maupun Teori Dependensi tidak dapat kita jadikan landasan untuk pembangunan negara kita.

Solusinya adalah, sebelum kita berasumsi Teori mana yang tepat sebagai landasan pembangunan negara kita, seharusnya kita mampu untuk menyelesaikan dulu permasalahan yang terjadi di internal kita, dalam agama saya sendiri yaitu islam, sebenarnya sudah ada Teori yang Tepat untuk pembangunan sebuah negara, dalam konsep islam sendiri, para masyarakat yang memiliki pendapatan wajib hukumnya untuk membayar zakat, dan dalam segi politik sendiri kita juga di ajarkan untuk musyawarah mufakat, dalam segi sosial-budaya pun kita di bebaskan untuk berpendapat, kebebasan dalam menggunakan pakaian asalkan menutup aurat, dan diajarkan kesetaraan, bahwa manusia itu tidak di bedakan antara miskin-kaya, pintar-bodoh, kecil-besar, hitam-putih, namun manusia di ukur dari ketakwaan kita kepada Allah SWT, dan dalam berpolitik sendiri kita di wajibkan untuk mengikuti kebijakan pemerintah, asalkan tidak bertentangan dengan al-qur’an dan hadist dan tidak mendzolimi suatu kaum apapun, menurut saya hal tersebut sudah dapat menyelesaikan permasalahan Konflik Kelas, Konflik Sosial, Konflik Ekonomi maupun Konflik Politik, namun di dalam Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme beragama, Teori tentang pembangunan negara dalam islam perlu untuk sedikit di modifikasi sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini, agar nantinya tidak menimbulkan Konflik Agama yang mungkin akan terjadi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading